OPINI

Masih Adakah Pemuda Mengguncang Dunia? (Hari Sumpah Pemuda)

Gambar : ilustrasi google

Penulis : Arfan Dalanggo
(Pemuda Pohuwato)

Opini – Badan Pusat Statistik merilis jumlah pemuda seperempat dari total penduduk Indonesia sekitar 63,83 Juta Jiwa, dengan nilai persentase lebih banyak jenis kelamin laki laki dibandingkan perempuan. Kosentrasi pemuda ini, hasil analisis Susenas lebih banyak bertempat tinggal di Daerah Perkotaan, dibandingkan di Wilayah Pedesaan.

Ironisnya, lebih besar pemuda di Indonesia masih berstatus pekerja buruh/karyawan sebanyak 70.88 persen, sedangkan berusaha sendiri hanya 10,86 persen. Kemudian sisa dari persentasi pemuda itu, sementara mempersiapkan kerja atau menganggur kurang lebih 10,29 persen.

Melihat data yang disajikan itu, bisa disinyalir Pemuda masa kini akan menghadapi tantangan dalam dunia kerja, jika tidak memiliki kreatifitas yang mempuni. Ditambahkan para paka memprediksi Indonesia dibayang bayangi oleh ancaman bonus demografi. Dimana terdapat pertumbuhan Pemuda yang signifikan, bersaing untuk bekerja dan berkreasi.

Kondisi saat ini, kurang mendukung pemuda untuk lolos dari ancaman bonus demografi tersebut, disebabkan sebagian Pemuda lebih banyak memilih menghabiskan waktu dan kesempatannya di tempat “nonkrong” atau café, warkop dan restoran, serta tempat tempat pembelanjaan maupun hiburan. Dipersulit dengan kebiasaan pemuda harapan bangsa dimassa millennial ini, tersandra dengan Smartphone. Mampukah pemuda masa kini mewujudkan cita cita bangsa Indonesia?

Presiden RI Pertama Ir. Soekarno berkata, sediakan saya seribu orang tua akan kucabut gunung semeru hingga keakarnya dan sediakan saya sepuluh pemuda akan kuguncang dunia. Jika kalimat ini, dikaji secara eksplisit mencari sepuluh pemuda yang dimaksud Sang Proklamor tersebut, sulit ditemukan bahkan tak akan ditemukan lagi.

Pemerintah memiliki peran penting merancang sesuatu, yang dapat menyelamat pemuda dari bencana bonus demografi dan menemukan pemuda seperti harapan Bung Karno. Tidak cukup hanya sekedar membentuk peraturan untuk kaum muda, atau menetapkan pemuda sebagai icon suatu Daerah, bahkan memberikan porsi besar terhadap pemuda belum cukup.

Jika Pemerintah keliru merencanakan atau memoles kaum muda di Negara maupun Daerah, maka program kepemudaan bisa menjadi tambal sulam dan diprediksi hanya menghadirkan strata sosial kesenjangan pemuda dengan jarak yang tinggi.

Menarik dalam pembahasan ini, Pemerintah seolah harus bergerak dua kali lipat dalam memikirkan nasib Pemuda Pemudi Indonesia dalam ancaman bonus demografi. Kemudian bagaimana menemukan atau membentuk karakter pemuda seperti harapan Sang Proklamator RI mampu mengguncang dunia. (**)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button
Close

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker